Masalah pengangguran
dan kemiskinan di Indonesia seolah sudah menjadi kawan sejati yang tidak bisa
dipisahkan. Dari tahun ke tahun jumlah pengangguran yang ber-title sarjana
terus bertambah, tanpa mereka memiliki perbekalan atau keahlian dalam bidang
tertentu untuk mengatasi pengangguran itu sendiri. Serta dengan semakin
sedikitnya jumlah lapangan kerja yang tersedia.
Dari segi ilmu geografi, pengangguran
adalah salah satu permasalahan yang terdapat di dalamnya. Indonesia membutuhkan
petumbuhan setidaknya 7,3 persen per-tahun untuk mengurangi angka pengangguran.
Pertumbuhan itu bisa dicapai jika laju inflasi berkisar 4 hingga 6 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) per-hari ini mencatat ada sekitar 1,1 juta orang
yang menjadi pengangguran baru di Indonesia. Jumlah tersebut merupakan jumlah
anak yang tamat sekolah (perguruan tinggi) namun belum bisa diterima bekerja.
Upaya
untuk mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia salah satunya tentu saja
dengan membuat suatu lapangan kerja untuk mereka –dalam jangka pendek. Juga
dengan memberikan pelatihan berupa kemampuan bakat atau skill yang perlu
dikembangkan untuk menghadapi masa depan yang lebih sulit lagi. Dapat pula
dengan memprioritaskan pendidikan yang diambil yang disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki. Selain itu perlu juga dalam membatasi pertumbuhan
penduduk yang setiap tahunnya terus meningkat. Sedangkan strategi jangka
panjang seperti pemerataan pertumbuhan ekonomi di wilayah melalui kebijakan
desentralisasi. Hal ini dinilai sangat membantu menyerap orang-orang yang
menganggur tetapi kreatif dan menjadi pereda di tengah pasar global. Jika
ternyata hal ini dapat menjawab sebagian dari masalah pengangguran yang di
hadapi bangsa ini, maka sudah waktunya hal ini didukung oleh pemerintah dengan
menyiapkan anggaran. Anggaran ini bisa digunakan untuk dijadikan modal pengembangan
usaha ekonomis produktif bagi pekerja-pekerja informal serta bisa dijadikan
modal untuk merintis usaha baru.
Dari 107,41 orang yang bekerja pada
waktu yang sama, status pekerja utama yang terbanyak sebagai buruh/ karyawan
yakni mencapai 30,72 juta atau sekitar 28,61 persen. Kemudian diikuti berusaha
dibantu buruh tidak tetap (buru harian/ borongan) sebesar 21,92 juta orang atau
20,41 persen, dan berusaha sendiri sejumlah 20,46 juta orang atau 19,05%,
sedangkan sisanya adalah berusaha dibantu buruh tetap. Jumlah penduduk yang
bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk semua golongan
pendidikan mengalami kenaikan, di mana pada kuartal pertama tahun 2011 pekerja
yang bekerja dengan tamatan universitas sebanyak 4,22 juta orang, untuk kuartal
yang sama tahun 2012 meningkat menjadi 4,94 juta orang. Sementara untuk tenaga
kerja yang bekerja dengan tamatan Diploma 1/11/III pada kuartal pertama tahun
2012 sebanyak 2,68 juta orang pada kuartal yang sama tahun 2012 naik menjadi
2,89 juta orang sementara untuk pekerja dengan pendidikan terakhir sekolah
menengah kejuruan juga terjadi peningkatan, pada kuartal pertama tahun 2011
sebanyak 7,19 juta orang untuk kuartal yang sama tahun 2012 meningkat menjadi
8,34 juta orang. Dengan target pemerintah pada tahun 2012 angka pengangguran di
Indonesia menjadi 8 persen, jika dilihat dari data yang ada di BPS pada kuartal
pertama tahun 2012 sudah bisa dikatakan berhasil, sebab menurut data yang ada
di mana angka pengangguran hanya sebesar 7,41 persen atau 8,59 juta orang. Yang
menjadi pertanyaan dengan keberhasilan kuartal 1/2012 apakah angka tersebut
bisa di pertahankan hingga akhir tahun 2012.
0 comments:
Post a Comment