Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca
berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Sila Pertama Disebut Ketuhanan yang Maha Esa; Masalah ke-Tuhanan merupakan
suatu hal yang pokok/dasar dalam setiap agama, sehingga suatu agama yang tidak
ada/tidak Jelas Tuhannya maka bukanlah agama. Semua agama mengajarkan bahwa
Tuhan itu Esa (tunggal) yang dalam istilah agama disebut Tauhid; artinga
meng-Esakan Tuhan yaitu Allah SWT;. Namun demikian bahwa KeTuhanan Yang Maha
Esa tersebut mempunyai penafsiran yang berbeda di antara satu agama dengan
agama lainnya, baik itu dalam islam, Kristen, Hindu maupun Budha.
Perbedaan-perbedaan tersebut harus diterangkan, agar supaya berdasarkan
pengertian tentang adanya perbedaan itu akan timbul saling pengertian dan harga
mengharagi antara satu sama lain, sehingga tidak menimbulkan pertengkaran/perpecahan
dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehubungan hal tersebut, dalam makalah ini diuraikan pula beberapa
pandangan agama selain islam tentang Ke-Esaan Tuhan. Hal ini dimaksudkan hanya
untuk memperjelas. Islam menekankan dengan sungguh-sungguh tentang ke-Esaan
Tuhan. Tuhan itu adalah benar-benar Esa/Tunggal;, Esa murni dalam arti Tuhan
yang tidak dapat dipisahpisahkan lagi atau bukan merupakan kumpulan (kesatuan)
dari satuan-satuan lain.Sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an antara lain:
Surat Al-Ikhlas, ayat 1-4, yang artinya ; Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa;Allah adalah Tuhan, yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu ; Dia tiada
beranak dan tiada pula diperanakan; dan tidak seorangpun yang setara dengan
dia;. Surat-Ash-Shad, ayat 65, yang artinya: . . . Dan sekali-sekali tidak ada
Tuhan, selain Allah Yang Maha Esa dan Maha mengalahkan;. Surat Al-Baqarah ayat
163, yang rtinya: Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang;. Dunia dimana kita ni
hidup menunjukkan berbagai macam keragaman. Penciptaan adalah banyak, tetapi
Sang Pencipta adalah Satu. Selain daripada kepercayaan agama, kita dapat
mencapai kesimpulan tentang ke-Esaaan hakikat eksistensi dengan jalan logika
atau dengan pengalaman duniawi atau dengan pengalaman kejiwaan kita sendiri.
Adlah suatu hukum daripada science, bahwa kita ini hidup dalam alam yang penuh
dengan berbagai macam ragam gejala, tetapi satu sama lain saling berhubungan.
Bintang yang jauh gemerlap di atas, secara kausal erat hubungannya dengan
dinginnya tanah yang dipijak oleh kaki kita di bawah. Biji besi dan batubara di
dalam perut bumi sangat erat hubungannya dengan matahari yang kelihatan di atas
kita. Batu-batu karang yang keras di dalam lautan sangat rapat hubungannya
dengan daun rumput yang lemah gemulai di daratan. Konsepsi tentang kesatuan
eksistensi ini adalah merupakan hukum yang fundamental dalam science, juga
dalam agama. Dalam hal ini Al-Qur’an mengajukan argumentasi yang sangat
sederhana: andaikata ada pada langit dan bumi Tuhan selain Allah niscaya rusak
binasalah kedua-duanya itu (Al-Anbiya, 22). Andaikata ada Tuhan selain Allah,
niscaya tata semesta ala mini tidak ada yang stabil, dan tidak ada hukum alami
dapat berjalan. Demikian juga dalam science, alam ini adalah satu, dan berbagai
macam ragaman ini diikat dengan berbagai kesatuan hukum dan semua kesatuan
hukum itu akhirnya dari kesatuan hukum yang meliputi seluruhnya. Dalam science,
penglaman-pengalaman membenarkan hipotesa ini, tetapi science hanya menggarap
penonema indrawi saja. Agama menekankan bahwa dunia yang dipahami dengan
pengertian juga merupakan satu kesatuan, sekalipun dunia pengertian; itu tidak
berhadapan dengan kita sebagai suatu fakta yang indrawi.
Plato menerAngkan dengan jalan akal yang logis untuk menyusun sebuah
piramida daripada idea. Berbagai macam ragaman daripada dunia lahiri ini adalah
merupakan dasar daripada piramida itu; di atas dasar itu terdapatlah berbagai
macam idea; dan berbagai macam idea makin berkurang apabila kita meningkat
lebih atas lagi hingga kita sampai kepada puncak piramida dimana hanya ada satu
idea, idea daripada seantero idea yang plato katakana kebaikan; dan dari
kebaikan inilah semua idea bersumber dan dengan perantaraannya dunia ini
menjadi ada. Filsafat mencapai kesimpulan tentang keharusan adanya kesatuan
akal. Ahli fisika mengidentikkan totalitas daripada eksistensi ini dengan dunia
indrawi dan ia menganggap tidak benar melampaui hal itu. Ahli filsafat platonis
mengidentikkan realitas dengan akal dan ia menganggap suatu kemustahilan untuk
melampaui dibalik akal, sebab sampai disitu akal telah sampai kepada
klimaksnya. Akal harus berhenti sampai kesitu.
Tetapi bagi agama, kesatuan alam semesta dan kestuan akal, kedua-duanya
menunjukkan kepada adanya kesatuan yang terakhir darimana kedua kesatuan
itu’pikiran dan benda- bersumber. Pikiran manusia, secara psikologis, juga
merupakan satu kesatuan. Apakah sebenarnya fikiran itu, apakah mind; dalam
bahasa inggris ataukah jiwa;, tetapi satu hal tak dapat dibantah, ialah bahwa
ia itu merupakan pengalaman atau appercepsi;. Menurut Islam semua yang ada
dalam alam ini dihubungkan dengan satu hukum atau dengan satu kemauan yang
kreatif, sebab Sang Penciptanya adalah satu. Profesor Hoffding, seorang ahli
sejarah filsafat yang terkenal itu, menyatakan bahwa di dunia Barat kepercayaan
pada monotheisme mendapat kemajuan yang besar karena kemajuan science yang
didasarkan kepada kesatuan eksistensi, yang dapat dibuktikan dengan penemuan demi
penemuan ilmiah. Monisme dari science dan monotheisme daripada agama adalah
sangat dekat satu sama lain.
Dalam perjalanan sejarah, manusia seringkali mulai dengan kepercayaan
tentang banyak Tuhan, yang Tuhan satu sama lain tidak ada hubungannya sama sekali,
atau bahkan Tuhan yang satu bermusuhan dengan Tuhan yang lainnya, tetapi
akhirnya mereka sampai kepada idea tentang Esanya Tuhan. Demikian juga
penemuan-penemuan alami dimulai dengan penemuan-penemuan kebanyakragaman dari
alam semesta ini, hingga akhirnyasamapi kepada satu idea tentang kesatuan alam
semesta ini. Dimana mereka menemukan bahwa berbagai macam penomena alami yang
paling jauh diketahui tunduk kepada satu hukum yang sama dan saling berhubungan
kausal satu sama lain. Di samping akal dan dunia, Tuhan juga terasa dalam
kesadaran moral manusia. Immanuel Kant menyatakan bahwa hal yang menakutkan
dia; langit yang bertaburan bintang-bintang di atas dan hukum moral yang ada di
dalam dirinya sendiri. Dalam kedua dunia ini; dunia atas dan dunia dalam ia
berusaha untuk menemukan kesatuan dan uniformnya hukum yang menguasainya.
Rupa-rupanya ia mendapatkan kesukaran untuk menyatukan dua kesatuan itu dalam
satu kesatuan yang fundamental, darimana kedua-duanya itu bersumber. Ia
meninggalkan hal itu dalam bidang kepercayaan, dengan memegang teguh thesisnya
bahwa agama baru mulai dimana filsafat berhenti. B. Agama Islam adalah
Monotheisme Menurut Islam, Tuhan yang benar adalah monotheistic dan semua
nabi-nabi mengajarkan monotheis.
Dalam deretan perkembangan agama daripada anak cucu Israil, Al-Qur’an
dengan khusus menyebutnya nabi Ibrahim AS yang mengajarkan monotheisme dalam
bentuk yang amat tegas lagi jelas dan Nabi Muhammad SAW sendiri menyatakan
berulang kali bahwa iamengambil jalan yang benar sebagaimana jalan yang dilalui
oleh Nabi Ibrahim AS yang menolak penyembahan berhala dan menolak anggapan
berbagai macam gejala alam sebagai Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT
menyatakan: Lantaran itu, turutlah agama Ibrahim yang lurus; dan bukanlah ia
seorang daripada kaum musyrik;. (Al-Imran: 95). kemudian kami wahyukan kepadamu
hendaklah engkau turut agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah ia daripada
golongan musyrik;. (An-Nahl: 123). Di dalam agama Hindu, kita juga melihat
perkembangan yang lama dan berangsur-angsur dari polytheisme dan penyembahan
gejala alam kepada monotheisme dan monisme spiritual. Demikian juga agama
Kristen. Yesus atau Isa Bin Maryam, adalah seorang monitheis dan banyak juga
dari orang-orang Kristen yang tetap monotheis. Tetapi ajaran trinitas
mengaburkan monotheisme agama Kristen dengan memasukan ajaran inkarnasi dan
ajaran adanya tiga oknum yang co-eternal dan sejajar, yang semuanya itu adalah
satu, tetapi dalam waktu yang sama adalah juga tiga. Ajaran ini karena tidak
bisa dipahami oleh agama Kristen dikatakan Mystery; (ajaran yang rahasia).
Inilah sebabnya, maka Professor Willfred Cantwell Smith, seorang Guru Besar
Perbandingan Agama di McGill University Canada menyatakan bahwa orang-orang
Kristen membuat kesalahan fundamental lagi sangat keji, ialah mereka menyembah
utusan Tuhan (Jesus) dengan mengabaikan ajaran-ajarannya. Ini pulalah sebabnya
maka professor H.A.R Gibb seorang ahli ilmu pengetahuan Islam terkenal dari
Oxford University menyatakan bahwa methapor-methapor dimana ajaran Kristen
diungkapkan mwmuaskan dia secara akal sebagai pelahiran simbolis tentang
kebenaran rohani yang paling tinggi asal methapor-methapor itu tidak
diinterprestasikan dalam pengertian-pengertian dogma yang anthropomorphis,
tetapi sebagai pengertian umum dengan mengingat pandangan orang-orang Kristen
yang berubah-ubah tentang kodrat alam semesta. Islam menganggap tidak ada
gunanya dan bahkan salah kepercayaan Trinitas itu dan Al-Quran antara lain
menyatakan: Sesungguhnya telah kafir-lah orang-orang yang berkata bahwa Allah
itu ialah masih anak Maryam;. ( Al-Maidah: 72). Sesungguhnya telah kafir-lah
orang-orang yang berkata, bahwa Allah adalah yang ketiga daripada tiga, padahal
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan Yang Maha Esa;. (Al-Maidah: 73).
Agama Zoroaster pada azasnya adalah juga monotheis, sekalipun
monotheismenya itu dalam beberapa hal dikaburkan oleh kepercayaan yang
henotheistis tentang adanya dua prinsip yang relative berpisah dan bermusuhan
satu sama lainnya, ialah terang dan gelap atau ahura dan ahriman yang satu sama
lain selalu berlawanan. Soal Buddhisme adalah berbeda sedikit. Pada umunya para
sarjana agama menganggap bahwa Buddhisme iru merupakan agama yang tidak
bertuhan. Buddha mengajarkan tentang peningkatan kerohanian manusia yang dapat
dicapai dengan memahami dan mengikuti hukum-hukum moral yang menurut di adalah
kasih sayang dan penolakan keinginan-keinginan yang sifatnya pribadi dan
jasmani. Ia menolak ajaran Trimurti Hindu, tetapi ia tidak mengajarkan dan
tidak menolak ajaran tentang keesaan Tuhan. Tetapi ajarannya tentang Nirwana
sekalipun digambarkan dalam ungkapan-ungkapan yang negative sebagai suatu
keadaan dimana semua sakit dan batasan-batasan hidup dan semua ketakutan dan
kesusahan hilang, adalah merupakan keadaan yang positif daripada ke-Tuhanan,
sebagaimana dapat digambarkan oleh pengalamanpengalaman ahli-ahli mistik besar
dalam berbagai macam agama dalam seantero waktu. Jiwa manusia dapat mencapai
kesatuan dengan yang Maha Suci sekalipun kesatuan itu tidak dapat digambarkan
oleh otak manusia karena kesatuan dan perpisahan adalah istilah-istilah yang
dipinjam dari dunia yang terbatas oleh runag dan waktu. Kita barangkali saja
dapat menyatakan, bahwa Buddha adalah seorang monotheis dalam arti mistis,
sekalipun pandangannya yang negative daripada filsafat Buddhisme terhadap hidup
dan kehidupan duniawi ini tidak dapat diterima oleh Islam. Kita tidak dapat
berkata bahwa usaha pemurnian dan penjernihan ajarn-ajaran Buddha telah
mendapat hasil yang banyak dewasa ini, tetapi kalau dalam agama Hindu maka
dengan mempelajari pikiran-pikiran pembaharuan-pembaharu agama Hindu sejak
daripada Ram Mohan Roy sampai kepada Gandhi orang dapat memperoleh pengertian
bahwa Hinduisme baru itu adalah makin hari makin monotheistis. Swami Rama
Tiratha, Swami Vivekanada, Swami Dajananda, Ramakrishna.
Parmahansa dan lain-lain pembaharu modal dan agama Hindu adalah dalam
beberapa hal monotheis sebgaian dari mereka dengan menekankan kepada Tuhan yang
lebih pribadi dan yang lainnya kepada Tuhan yang lebih tidak pribadi, dengan
cara pendekatan dari segi fiksafat atau mistik. Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW tidak pernah mengaku agama yang paling oertama yang mengajarkan
monotheisme atau ke-Esaan Tuhan. Sebaliknya islam menekankan bahwa kepercayaan
tentang ke-esaan Tuhan itu adalah sama tuanya dengan lahirnya manusia dan
itulah kebenaran agama. Islam mengajarkan bahwa semua nabi-nabi mengajarkan
kebenaran yang fundamentil itu dan semua kitab-kitab suci agama mengajarkan
tentang ajaran monotheisme itu. Tetapi kepercayaan itu dari waktu ke waktu oleh
tangan manusia, dan nabi demi nabi diutus oleh Allah kepada berbagai macam
bangsa dan kelompok umat manusia untuk mengembalikan kebenaran yang asasi itu.
Oleh karena itu kesatuan asasi daripada seluruh agama adalah merupakan salah
satu ajaran islam. Ajaran agama-agama besar satu sama lain berbeda dalam
cara-cara peribadatannya dan hukum-hukumnya, karena bedanya lingkungan, waktu
dan tempat, tetapi kepercayaan tentang keesaan Tuhan adalah sama pada seluruh
agama. Menurut Al-Qur’an kepercayaan tentang ke-esaan Tuhan itu dan usaha untuk
menyempurnakan kebaktian Tuhan itulah merupakan pokok daripada semua agama yang
benar.
Rupa-rupanya adalah merupakan bukti yang besar tentang kebenaran islam,
bahwa pembaharu-pembaharu dan ahli pikir dalam berbagai agama adalah sibuk
terus dalam memurnikan dan membersihkan kepercayaan mereka sendiri-sendiri dari
berbagai macam campuran dan menggali dari kitab-kitab suci mereka tentang bukti
adanya kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan ini; dan mereka menerangkan bahwa
kepercayaan tentang ke-Esaan Tuhan itulah ajaran yang sebenarnya dari agama
mereka, sedang lain-lainnya adalah merupakan tambahan atau produk dari
pemikiran ahli-ahli theology kemudian saja. Ke-Esaan Tuhan, sebagaimana
diajarkan islam sebagai dasar semua agama yang benar, tidak hanya merupakan
kepercayaan metaphisis saja tentang realitas. Pentingnya kepercayaan itu dalam
kehidupan duniawi sangat dalam lagi lua. Sebagaimana tadi telah diterangkan,
bahwa pada kepercayaanlah science dan agama bertemu, sekalipun science tidak
pasti menuju kepada ke-Esaan Tuhan, tetapi berhenti pada kesatuan
penomena-penomena eksistensi indrawi. Monisme scientific adalah tidak pasti
menuju monotheisme, tetapi ia adalah merupakan langkah menuju kearah monotheisme.
Dengan menolak kepercayaan tentang adanya benyak Tuhan yang berdiri sendiri
sendiri dengan kemauannya masing-masing untuk menciptakan dan campur tangan
dalam segala macam penomena alami ini, maka monotheisme menjadi sahabat karib
bagi pemikiran-pemikiran scientific. Dari kepercayaantentang ke-Esaan Tuhan
berakibat bukan hanya kesatuan eksistensi saja, tetapi juga kesatuan umat
manusia seanteronya. Di atas telah diterangkan, bahwa kesatuan yang esensil
daripada semua agama adalah merupakan ajaran pokok daripada islam,. Itu adalah
akibat daripada ke-Esaan Tuhan. Islam mengajarkan bahwa sebagai akibat ajaran
tentang ke-Esaan Tuhan, ialah kesatuan seantero umat manusia. Al-Qur’an
berulangkali menekankan bahwa umat manusia seluruhnya adalah diciptakan dari seorang,
dan Allah meniupkan rohnya pada Adam, yang dalam berbagai ayat dalam Al-Qur’an
diidentikkan dengan manusia asal jenis manusia, Islam tidak menyatakan, bahwa
manusia itu seragam dalam segala segi aspeknya. Tetapi Al-Qur’an menekankan
bahwa perbedaan bahasa dan cara hidup dalamberbagai bangsa atau kelompok ummat
manusia adalah merupakan tanda-tanda kekuasaan Tuhan.
Dalam hal itu pula ditekankan, bahwa dalam asasnya ummat manusia
seluruhnya adalah satu dan oleh karenanya semua bangsa dan kelompok ummat manusia
hendaknya berusaha untuk mencari persetujuan dalam berbagai soal-soal asasi ;
dan bahwa soal asasi yang paling esensi adalah kepercayaan bahwa Tuhan adalah
Esa dan bahwa semua manusia adalah hanya satu keluarga. Dan sebagian daripada
tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah penciptaan langit dan bumi dan perbedaan
bahasa kamu dan warna kamu ; sesungguhnya pada yang demikian itu ada
tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui;.(Ar-Rum: 23). Adalah manusia itu
satu ummat yang tunggal;.(Al-Baqarah:213). Persaudaraan dan persatuan seantero
ummat manusia adalah hanya merupakan akibat yang langsung dari kepercayaan
tentang ke-Esaan Tuhan.
Demikian pula kesatuan moral
adalah juga merupakan akibat yang langsung daripada kepercayaan tentang
ke-Esaan Tuhan. Sekalipun bangsa-bangsa dan kelomopok-kelompok ummat manusia
berbeda dalam adat kebiasaan dan tatacara hidupnya, namun seharusnya ada satu
ukuran moralitas yang obyektif bagi mereka semua itu. Ukuran moral yang
dualistic, satu utnuk bangsa atau golongannya sendiri dan yang lainnya untuk
bangsa dan golongan bangsa yang lain, seharusnya tidak bisa kita tolerir.
Nietzsche membedakan tentang ukuran moral bagi bangsa tuan dan ukuran moral
bagi bangsa budak, sebagaimana sementara orang membedakan antara kode moral
bagi lelaki dan kode moral bagi wanita. Islam menekankan bahwa manusia
seluruhnya adalah satu, kode moralnya pun harus satu pula. Dalam ayat-ayat
A-Qur’an berhubungan dengan moral maka Allah dalam firman-Nya selalu
membarengkan antara lelaki dan wanita dan hanya dalam ajaranajaran moral yang
bukan esensi maka ayat-ayat Al-Qur’an mempunyai anjuran-anjuran yang khusus
untuk lelaki dan anjuran yang khusus untuk wanita. Jadi kesatuan hukum morak
adalah akibat yang langsung daripada kesatuan ummat manusia adalah akibat
langsung daripada ke-Esaan Tuhan.
Dalam deretan sifat-sifat Tuhan maka sifat ke-Esaan Tuhan inilah yang
paling ditekankan dalam Al-Qur’an. Sifat inilah kalau dibandingkan dengan
sifat-sifat Tuhan yang paling mudah dipahami. C. Keesaan Tuhan sebagai Problem
Theologi Karena tidak demikian mudahnya memahami soal-soal yang berhubungan
dengan Ketuhanan, maka timbullah berbagai macam aliran pikiran dalam theology.
Dalam islam juga ada aliran-aliran theology, demikianjuga dalam agama Kristen .
diantaranya sebab-sebab yang pokok ialah karenaTuhan tak terbatas itu tidak
dapat dipahami oleh akal yang terbatas dan kerana Tuhan Yang Mutlak itu tak
dapat dipahami oleh sesuatu yang relative (nisbi). Untuk mengetahui dunia
secara kwalitatif dan kwantitatif orang dilengkapi dengan organisme dengan
indera-indera yang khusus yang dengan itu dapat mencapai tujuan-tujuan yang
sifatnya biologis. Akalpun berurat berakar pada indera kerja, kerja akal itu
hanya merupakan eksistensi daripada indera. Akal orang adalah merupakan alat
perjuangannya untuk eksistensinya dan adaptasi terhadap keadaan sekitarnya.
Indera-indera dan akal adalah terbatas dan nisbi ini menggarap soal-soal yang
terbatas dan nisbi pula.
Manusia sekalipun telah mencapai tingkatan science yang amat tinggi dan
berfikir secara logis, namun ia tidak dapat dengan sebenar-benarnya memahami
tentang kodrat (nature) daripada atom, juga tidak bisa memahami dengan
sebenar-benarnya tentang tumbuhnya sehelai daun rumput. Oleh karena itu adalah
tidak sepatutnya bahwa manusia mempunyai prestensi dapat mengetahui sifat-sifat
daripada sumber yang terakhir daripada semua yang hidup dan semua eksistensi
ini. Ini adalah kesulitanyang pertama. Lalu masalah ada lagi kesulitan dalam
memahami Ketuhanan itu.Bahasa yang dipakai orang adalah bahasa inderawi.
Tiap-tiap kata dalam bahasa orang adalah berhubungan dengan indera.
Bagaimanakah bisa sifat-sifat Tuhan dapat digambarkan dalam bahasa manusia,
Tuhanyang tidak berada dalam waktu dan tempat juga tidak bisa menjadi obyek
daripada indera kita. Bagi manusia nilai-nilai dan pemikiran-pemikiran yang
paling tinggi adalah terbatas pada kodrat daripada pikiran dan badan wadak
kita. Bagaimana kita dapat mencapai apa yang ada di luar kodrat kemanusiaan
kita dan hubungannya dengan kehidupan dan apa yang ada ini: Apakah kita ini
akan menghancurkan agam yang benar dan menyebabkan orang terperosok ke dalam
salah satu daripada nihilisme moral dan intektual atau menurunkan idea tentang
Tuhan dengan menjadikan Dia seorang Tuhan yang dapat diketahui, Tuhan yang
tentu lebih rendah daripada orang yang mengetahui, karena sesuatu yang
diketahui itu tentu dapat diliputi dan dikuasai oleh yang mengetahui. Oleh
karena itu agam tidak bisa didasarkan kepada ketidak pengetahuan sama sekali
tentang Tuhan dan tidak bisa didasarkan kepada pengetahuan yang sempurna
tentang Tuhan. Juga pengetahuan tentang Tuhan tidak dapat dicapai oleh akal
manusia. Tuhan tidak dapat secara logika diformulirkan, juga tidak bisa
dipahami secara psikologis. Tiap usaha untuk memahami Tuhan oleh akal selalu
berakhir dengan peniadaan terhadap Tuhan.
Spinoza menyatakan bahwa tiap definisi adalah merupakan pembatasan
pengetahuan, sebagaimana kita mengetahui, adalah hubungan subyektif. Maka
bagaimana kita dapat mengetahui sesuatu yang bukan subyek, bukan obyek, juga
bukan sesuatu yang merupakan hubungan obyek dan subyek. Ibn Chaldun menyatakan
bahwa aksi adalah merupakan sesuatu timbangan yang tepat dan catatan-catatannya
adalah pasti dan dapat dipercaya. Tetapi mempergunakan akal untuk menimbang soal-soal
yang berhubungan dengan ke-esaan Tuhan, atau hidup setelah mati, atau hakekat
wahyu atau sifat-sifat Tuhan, atau soal-soal lain seperti itu yang berada di
luar jangkauan akal, adalah seperti mencoba mempergunakan timbangan tukang emas
untuk menimbang gunung. Ini tidak berarti bahwa timbangan itu yang tidak tepat.
Al-Qur’an menyatakan:;sedang mereka tidak meliputi Allah dengan pengetahuan
mereka;. (Thaha: 110). Selain daripada itu, dalam kesadaran beragama selalu
terdapat garis pemisah antara yang disembah dengan orang yang menyembah.
Kesadaran bahwa yang disembah itu adalah Maha Kuasa lagi Maha Suci
danyangmenyembah adalah lemah lagi berdosa. Ini seringkali menimbketegangan
batin, danketegangan batin itu terdapat pada semua agama. Semua agama menekankan
tentang lainnya Tuhan daripada apa yang bukan Tuhan. Tetapi dalam waktu yang
sama orang yang menyambah sadar tentang dekatnya Tuhan kepadanya, orang
menyembah tidak mungkin memisahkan idea tentang Tuhan daripada pengalaman
keagamaannya sendiri.
Dalam sejarah timbulnya agama, maka ajaran daripada nabi-nabi atau
pembawa-pembawanya, dua elemn itu berdampingan, kurang lebih disintesakan,
karena sebenarnya dari menjadi satunya dua elemen itu dalam pengalaman
kerohaniannya sendiri, maka kekuatan yang kreatif dapat timbul. Tetapi
dalamkehidupan agama-agama itu masing-masing ditangan pengikut-pengikutnya,
maka ketegangan batin itu timbul kembali. Hsl inidapat dilihat dengan jelas
umpamanya dalam surat-suat Paulus, juga dalam islam sendiri. Dalam sejarah
masyarakat agama-agama yang berkembang, maka sementara pengikut-pengikutnya
dapat juga mencapai sintese, entah sebagian entah hanya sementara waktu
daripada dua elemen yang fundamentil itu yang rupa-rupanya merupakan dua konsep
yang sangat berlainan. Tetapi sebagian besar daripada pengikut-pengikut
agama-agama itu akan cenderung kepada salah satu dari kedua elemen itu, dan
mereka akan menyembah kalau bukan Tuah yang lebih transcendent, maka mereka
menyembah Tuhan yang lebih immanent. Dan sekalipun pemilihanyya itu seringkali
ditentukan oleh perasaan dan responsi individual, namun kecenderungan itu
seringkali malahan diatur secara institusionil seperti umpamanya dikalangan
sekte calvinisme dan Quakerisme.
Di dalam islam ketegangan batin
itu juga tampak. Dalam Al-Qur’an transendennya Allah itu berkalikali ditekankan
dengan segala kemutlakan, yang rupa-rupanya tidak memberikan lobang sama sekali
untuk ajaran immanent. Sekalipun demikian, ajaran transenden ini tidak menolak
sifat asih dan dekatnya Tuhan, dimana Tuhan Yang Maha Suci itu sangat erat
hubungannya dengan kehidupan rohani orang, hingga tuhan adalah lebih dekat
kepada manusia daripada urat lehernya sendiri;. (Al-Qur’an ; Qaf: 16 ). Di
dalam tiap-tiap agama memang terdapat unsure-unsur anthropomorphisme dan anthropopathisme,
ialah memahami Tuhan dengan ukuran bentuk manusia dan memahami sifat-sifat
Tuhan dalam bentuk perasaan manusia. Tetapi kalau kita dapat memahami bahwa
sifat-sifat Tuhan, sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an dengan
istilah-istilah manusia itu sebagai symbol dan mengetahui bahwa indera dan akal
manusia adalah terbatas dan nisbi, maka bahaya akan jatuh dalam
anthropomorphisme dan anthropopathisme dapat dihindarkan. Kalau kitab suci
agama masing-masing adalah merupakan sumber yang paling autentik untuk memahami
ajaran agama masing-masing tentang Ketuhanannya, maka karena jelasnya Al-Qur’an
dalam menerangkan tentang konsepsi Ketuhanannya, maka inilah sebabnya dalam
sejarah Theologi islam tidaklah terdapat bermacam-macam aliran yang sangat berbeda
satu sama lain, sebagaimana terdapat dalam agama-agamalain. Dalam sejarah
theology islam hanya ada dalam periode tertentu yang memahami bahwa Tuhan
adalah corporeal atau inderawi. Aliran itu adalah aliran Kkarramijah,
dinisbatkan kepada pendirinya Muhammaf Karram. Atau terkenal dengan aliran
Mudjassimah, dari kalimat djism yang artinya badan;. Adapun ahli-ahli agama
Muslim umumnya, juga para ahli para tasawwufnya tetap berpendirian bahwa kodrat
(nature) daripada sifat-sifat Tuah sebagaimana yang ada pada-Nya tidak dapat
diketahui. Ini adalah pendapat Abul Hasan Al-Asj’ari imam daripada ahli sunnah
dalam bidang ilmu kalam, dan juga paham Djalaludin Ar rummi, adalah seorang
ahli sufi teresar dalam iklan. Dan kalau dilihat, dalam agama Kristen,
sekte-sekte begitu banyak timbul, baik dulu maupun sekarang, barangkali
diantara lain-lain adalah karena timbul, baik dulu maupun sekarang, barangkali
diantara lain-lain adalah karena terdapatnya pasal-pasal dalam kitab sucinya
tentang Ketuhanan yang satu sama lain sulit untuk disintesakan. Umpamanya dalam
Bijbel terdapat pasal-pasal yang menekankan tentang ke-Esaan Tuhan seperti:
Supaya diketahui oleh segala bangsa yang diatas bumi, bahwa Tuhan juga allah,
dan tiadal Allah lain;. (Raja-raja, 8-60). Enyahlah engkau dari sini, hai
iblis, karena telah tersurat: hendaklah engkau menyembah Allah, Tuhanmu, dan
beribadat kepada-Nya saja;. (Matius, 4:10). Maka kepadamulah ia itu ditunjuk,
supaya diketahui oleh mu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang esa
telah tiada yang lain lagi;. (Ulangan, 4:35). Tetapi ditempat-tempat lai
terdapat pasal-pasal yang menyatakan Yesus itupun Tuhan, umpamanya: Tetapi
kepada kita ada satu saja, yaitu Allah Bapak maka segala sesuatu daripada dia
asalnya, dan kita menuju Dia, dan Tuhanpun satu juga, yaitu Yesus Kristus, oleh
sebabnya ada segala sesuatu, dan kitapun ada oleh sebabnya;.(I Korintus, 8:6).
Karena orang yang semacam ini bukannya ber-Tuhankan perutnya sendiri; (Rum,
16:18). Karena ada beberapa orang merangkak masuk dengan sembunyi yaitu orang
yangdahukunya sudah tersedia hukumannya ; orang fasik, yang mengubahkan anugrah
Allah tuhan kita kepada perkara melakukan percabulan,sambil menyangkal penghulu
dan Tuhan kita Yang esa, yaitu Yesus Kristus;. (Yahuda, 1: 4). Sedang dala tempat-tempat
lain disebutkan bahwa Tuhan adalah lebih dari satu, umpamanya: Sebab itu
pergilah kamu, jadikanlah sekalian bangsa itu muridmu, membaptiskan dia dengan
nama Bapak, dan Anak dan Rohu ‘Kudus’, (Matius, 28:19). Tetapi penolong itu,
yaitu Rohu’Kudus’ yang akan disuruhkan oleh Bapak atas namaku, ialah
akanmengajarkankepadamu segala perkara itu danakanmeningkatkan kamu segala
sesuatu yang Aku sudah katakan padamu;. (yahya, 14: 26). Karena tiga yang
menjadi saksi di surga, yaitu Bapak dan kalam dan Rohu’kudus’, maka ketiganya
menjadi satu; dan ada tiga yang menjadi saksi di bumi, yaitu Roh dan air dan
darah, maka ketiganya itu menjadi satu tujuan;. (Yahya, 5: 7-8). Dan masih
banyak lagi dalam Bijbel terdapat pasal-pasal tentang Katuhanan yang satu sama
lain sulit untuk digabungkan karena memang bertentangan satu sama lain. Kalau
sejak abad-abad pertama dari sejarah gereja,soal Ketuhanan ini selalu mengalami
kegoncangan yang diantara lain-lain ialah timbulnya paham gnostik dan
doketisme, yang mengabaikan kemanusiaan Yesus, hingga dengan demikian perumusan-perumusan
tentang Ketuhanan harus mengalami perubahan-perubahan, maka kami kira hingga
sekarangpun salah satu problem yang terbesar dalam agam Kristen adalah dalam
bidang Theologi, untuk merumuskan ke-Esaan Tuhan yang selain memuaskan
kehisupan batin juga memuaskan kehidupan akal.
Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan secara singkat tentang masalah ke-Esaan Tuhan menurut Al-Qur’an, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
Setelah penulis menguraikan secara singkat tentang masalah ke-Esaan Tuhan menurut Al-Qur’an, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1.
Pengertian ke-EsaanTuhan,menurut
Al-Qur’an adalah telah jelas dan tegas,bahwa Tuhanitu adalah Esa/ahad
sebagaimana dinyatakan Al-Qur’an dalam Surat Al-ikhlas. Penegasan tentang hal
ini menunjukkan bahwa islamlah agama yang benar-benar menganut faham
monotheisme yang murni. Dan hal inilah kiranya yang merupakan cirri khusus
Islam yang tidak akan ter pengaruh karena perubahan zaman atau tempat.
2.
Pengertian ke-Esaan
Tuhan, menurut agama-agama selain islam, dapat dikataka pengakuan Esa, tetapi
tidak murni. Hal ini karena masih mengakui Ilah-ilah (Tuhan-tuhan) yang lain.
Sehingga tidak monotheistic lagi, bahkan lebih tepat dikatakan menganut paham
Polytheime.
3.
Bahwa ke- Esaan Tuhan
menurut Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang dogmatis dan irasionil, tetapi bahkan
sesuatu pengertian yang rasional yang masuk dab dapat dimengerti oleh akal
pemikiran yang sehat, karena Tuhan itu maha Kuasa, Maha Sempurna, maka secara
otomatis Dia harus Esa/Tinggal, sebab jika lebih dari satu, maka tentunya tidak
Esa lagi.
4 comments:
YESUS KRISTUS TUHAN ALLAH MAHA ESA ROH HATI JIWA PIKIRAN KEKUATAN TUBUH MENCIPTAKAN MEMILIKI MENGUASAI MENGATUR MENGAWASI MEMIMPIN MELAKSANAKAN MENYELAMATKAN MENJAGA MELINDUNGI MEMELIHARA MELESTARIKAN SEGALANYA SEMUANYA SELURUHNYA SEPENUHNYA SEGENAPNYA SELENGKAPNYA SEUTUHNYA SEKALIANNYA SEBANYAKNYA SEJUMLAHNYA DIMANA – MANA SELAMANYA MENCINTAI MENGASIHI MENYAYANGI MERINDUKAN MENYUKAI MENARIK MENGIKUTI MENGARUNIAKAN MENGHARAPKAN MENGIMANI MENGUDUSKAN MENJADI YESUS KRISTUS TUHAN ALLAH MAHA ESA KAKEK NENEK BAPAK IBU PUTRA PUTRI AMIN
YESUS KRISTUS TUHAN ALLAH MAHA ESA ROH HATI JIWA PIKIRAN KEKUATAN TUBUH MENCIPTAKAN MEMILIKI MENGUASAI MENGATUR MENGAWASI MEMIMPIN MELAKSANAKAN MENYELAMATKAN MENJAGA MELINDUNGI MEMELIHARA MELESTARIKAN SEGALANYA SEMUANYA SELURUHNYA SEPENUHNYA SEGENAPNYA SELENGKAPNYA SEUTUHNYA SEKALIANNYA SEBANYAKNYA SEJUMLAHNYA DIMANA – MANA SELAMANYA MENCINTAI MENGASIHI MENYAYANGI MERINDUKAN MENYUKAI MENARIK MENGIKUTI MENGARUNIAKAN MENGHARAPKAN MENGIMANI MENGUDUSKAN MENJADI YESUS KRISTUS TUHAN ALLAH MAHA ESA KAKEK NENEK BAPAK IBU PUTRA PUTRI AMIN
terima kasih atas komentarnya.. sebelumnya mohon maaf untuk meluruskan komentar anda bermaksud tentang apa, yang hingga memakai huruf besar seluruh kalimatnya..???
YESUS KRISTUS TUHAN ALLAH MAHA ESA ROH HATI JIWA PIKIRAN KEKUATAN TUBUH MENCIPTAKAN MEMILIKI MENGUASAI MENGATUR MENGAWASI MEMIMPIN MELAKSANAKAN MENYELAMATKAN MENJAGA MELINDUNGI MEMELIHARA MELESTARIKAN SEGALANYA SEMUANYA SELURUHNYA SEPENUHNYA SEGENAPNYA SELENGKAPNYA SEUTUHNYA SEKALIANNYA SEBANYAKNYA SEJUMLAHNYA DIMANA – MANA SELAMANYA MENCINTAI MENGASIHI MENYAYANGI MERINDUKAN MENYUKAI MENARIK MENGIKUTI MENGARUNIAKAN MENGHARAPKAN MENGIMANI MENGUDUSKAN MENJADI YESUS KRISTUS DISALIBKAN MENEBUS DOSA DOSA KAKEK NENEK BAPAK IBU PUTRA PUTRI 70 x 7 x
Post a Comment